Kesepian dan Sendirian

Jumat pagi, 16 Februari 2024 dua hari setelah hari pemungutan suara. Kang Budi datang ketika kamu membuka layar komputer di atas meja. Kamu sedang memikirkan apa yang hendak ditulis. Sambil menunggu layar terbuka penuh, kamu mempersilakan Kang Budi masuk. Kamu membuka pintu dan mendorong ganjal pintu sedikit ke dalam agar udara lebih leluasa keluar masuk ruangan. Kang Budi membuka laptopnya. Menulis.

Di halaman museum siswa dan siswi SMKN 1 Rangkasbitung sedang asyik difoto. Mereka akan membuat buku tahunan sekolah. Tampak seragam, mereka mengenakan pakaian adat Jawa. Perempuannya mengenakan kebaya hitam dengan perhiasan di bagian dada serta jarik warna coklat dan selendang merah. Laki-lakinya mengenakan surjan lurik lengkap dengan belangkon.

Kamu bertanya apakah Kang Budi sudah sarapan. Kang Budi mengiyakan. Bahwa ia sudah sarapan. Kamu mengajaknya, jika ia mau untuk menemani sarapan. Laptop di pangkuannya diserahkan ke atas meja. Kemudian kami berjalan kaki menuju warung nasi ‘Bocil’ di seberang Kantor Bupati Lebak di Rangkasbitung.

Usai makan Kang Budi menyampaikan bahwa suasana hari ini khas suasana hendak pergantian rezim. Maka yang perlu dilakukan oleh kita adalah menuliskan apa yang kita alami, kita dengar, kita lihat, kita rasakan. Masih menurut Kang Budi mengapa harus ditulis sebab kita manusia yang mudah lupa. Kita tidak akan tahu jika di kemudian hari catatan kita atas peristiwa hari-hari ini akan dibaca ulang.

Dua hari lalu tepat 14 Februari 2024 kamu menunaikan tugas untuk memilih. Kamu mendapatkan lima jenis surat suara. Ada yang berwarna hijau untuk surat suara calon anggota DPRD Kabupaten/Kota, biru untuk surat suara calon anggota DPRD Provinsi, kuning untuk surat suara pemilu anggota DPR RI, merah untuk surat suara anggota DPD, dan abu-abu untuk surat suara pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Kamu duduk di beranda membayangkan di pemilu 2024 ini ada lebih dari 350 ribu calon yang bertarung untuk posisi di DPR, DPD, dan DPRD. Kamu membayangkan berapa biaya yang dikeluarkan dari setiap calon yang bertarung. Kamu menyaksikan beragam ekspresi warga menyoal hari pemungutan suara ini. Kamu pernah melihat ada video atau foto di mana keranjang sampah diikat di pagar rumah dan di atasnya tertulis. “Tidak menerima serangan fajar! Tapi kalau maksa uangnya taruh saja di tempat sampah.”

Kamu menyaksikan di malam pemungutan suara orang-orang berhamburan. Terutama simpatisan dan tim sukses calon. Hingga tengah malam masih banyak juga yang gentayangan. Menyebarkan yang harus disampaikan. Kamu menyaksikan beragam cara dilakukan agar suara tidak pindah di hari pemungutan berlangsung.

Seperti inikah kehidupan di hari pemungutan suara. Pantas. Sebab sebulan sebelum pemungutan berlangsung kamu menyaksikan bagaimana bantuan beras diecer di depan istana negara. Hari-hari itu Pak Presiden Jokowi merasa sendirian, mungkin juga “kesepian” membagi-bagikan Bansos yang biasanya cukup dilakukan oleh Ketua RT.

Kamu membayangkan bahwa di hari-hari setelah pemungutan suara ini para calon mungkin juga merasa kesepian dan sendirian. Sebab mereka harus berpikir keras. Apakah suaranya cukup untuk masuk satu kursi atau sebaliknya. Gagal. Tidak masuk. Tapi kesepian dan kesendirian memang bukan hal baru bagi kita. Semua pasti pernah merasakan.

Kesendirian didefinisikan sebagai keadaan saat seseorang mengurangi atau melepaskan diri dari interaksi dengan orang lain. Kesendirian memang tidak selalu menyebabkan kesepian. Sebab kesepian sering didefinisikan sebagai keadaan ketika seseorang merasa hubungan sosial yang dimilikinya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Kamu pernah mendengar ada ungkapan “kesepian di tengah keramaian,” itu bisa saja nyata adanya jika keberadaan orang-orang di sekitar tidak dapat memberikan hubungan yang memuaskan.

Kamu percaya pada dasarnya setiap kita membutuhkan keberadaan dan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Kesepian jika ternyata mendapati kekalahan sebaiknya diatasi. Namun jika terpaksa membutuhkan waktu untuk sendiri karena berbagai alasan selama dilakukan atas keinginan sendiri, kesendirian itu sesuatu yang sehat dan bermanfaat.

Kamu membuka kembali puisi W.S Rendra berjudul “Kangen” sebagai penutup tulisan ini. Berikut adalah puisinya:

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku

menghadapi kemerdekaan tanpa cinta

Kau tak akan mengerti segala lukaku

karna cinta telah sembunyikan pisaunya.

Membayangkan wajahmu adalah siksa.

Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.

Engkau telah menjadi racun bagi darahku.

Apabila aku dalam kangen dan sepi

Itulah berarti

aku tungku tanpa api.

Kamu masih merasa kesepian dan sendirian? Senyum dapat menghiburmu saat kamu merasa kesepian. Dan mulailah mencintai orang di hatimu, dan kamu tidak akan pernah sendirian.

Rangkasbitung, 16 Februari 2024

Follow me!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *