Galeng Mencari Idayu

elamat pagi,
Terima kasih man-teman yang sudah hadir di #BacadiRangkas pekan ke-31. Sehat selalu dan hepi. Kita akan bertemu di pekan depan, Rabu, 14 Mei 2025.

Rabu lalu kita membaca Bab 26: Pertemuan Kembali. Rasanya deg-deg-ser berharap Senapati Tuban, Wiranggaleng menemukan kembali Idayu, istrinya. Berharap 20 orang pasukan kuda yang dipimpin langsung oleh Galeng segera menemukan jejak Idayu yang diculik oleh Sunan Rajeg, Rangga Iskak.

Ladalillah, di pertemuan pekan ke-31 ini kami malah menemukan percakapan panjang antara Idayu dan Pada. Pada, adalah sebuah nama. Seorang musafir Demak yang di awal-awal novel merupakan bocah penunggu istana keputrian alias tempat istri-istri Adipati Tuban tinggal. Pada yang di masa kecil mengidolakan juara tari, perempuan idaman seluruh kota, wanita kebanggaan Awis Krambil dan Tuban sendiri, penari yang kehadirannya selalu dinantikan, dan yang tak kalah pentingnya adalah juara tiga kali berturut-turut lomba tari se-Tuban. Perempuan yang takdirnya menjadi istri dari Wiranggaleng, sang juara gulat yang juga dari Awis Krambil.

Sepanjang Bab 26 ini dilumuri percakapan antara kepercayaan Wisnu dan Shiwa yang diyakini Idayu serta Islam yang dibawa oleh Pada. Di sekujur bab percakapan Pada dan Idayu di tengah belantara selepas lolos dari cengkraman pasukan Rajeg menarik-narik kegelisahan kami para pembaca. Bagaimana Galeng bisa menemukan Idayu?

Di awal Bab ada sih dibicarakan perjuangan Senapati Tuban mengorek-orek Pendopo Sunan Rajeg dan Gua Gowong tempat para pengikut Sunan mati diracun oleh Sunan Rajeg sendiri melalui masakan yang diolah oleh Pada. Meski pada akhir ditemukan juga Sunan Rajeg mati ditikam Pada pakai pisau dapur.

Mungkin demikian sekilas Bab 26 yang kita baca sore Rabu lalu (7/5/2025). Hepi #BacadiRangkas. Jumpa lagi pekan depan, ya.

Salam Pramis
#SeabadPram
Foto: @jeniabdulrokhim

Follow me!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *