Pada dan 20 Selir Adipati Tuban

Suasana pekan ke-39 #BacadiRangkas novel "Arus Balik" karya Pramoedya Ananta Toer. Rabu, 2 Juli 2025.
Rabu yang penghujan di awal Juli 2025. Ya, di hari kedua bulan tujuh kami bertemu untuk kali ketiga puluh sembilan. Ya, ini pekan ke-39 #BacadiRangkas! Membaca Bab 34 dari novel "Arus Balik" karya Pramoedya Ananta Toer.
Bab 34 judul babnya: Kekacauan di Jawa. Dikisahkan tentang perang di Tuban, tokoh Pada alias Muhamad Firman bersama dua puluhan selir Adipati. Pada menjadi satu-satunya harapan para wanita yang cantik jelita, yang biasa dimanja untuk melintasi hutan.
Di sebuah kampung mereka menginap di rumah warga yang terdiri atas suami istri dan kedua anaknya. Kedua puluh selir adipati itu tertangkap oleh pasukan Demak. Lalu datang pasukan Tuban. Pasukan Demak kalah. Para selir dibawa kembali ke Tuban.
Pada lalu melanjutkan perjalanan ke Awis Krambil. Bertemu Idayu, Gelar, dan Kumbang. Terdapat percakapan Gelar dengan Pada soal kelahiran yang tak diharapkan. Gelar merasa dan ingin tahu bahwa dirinya bukanlah anak Senapati Tuban, Wiranggaleng.
Gelar pernah jadi prajurit di Tuban dan Demak. Akan tetapi dia tidak mendapatkan kepuasan batin. Akhirnya kembali ke emaknya, Idayu.
Ada banyak hikmah di Bab ini. Terdapat dalam kalimat-kalimat menarik di antaranya:
1. Hidup adalah karunia tak terhingga, tak peduli siapa bapak atau ibunya.
2. Akhir-akhirnya setiap ketakutan adalah ketakutan pada maut.
3. Tak ada seorang manusia pun pernah meminta pada para dewa untuk dilahirkan di dunia ini. Setiap orang dilahirkan tanpa semaunya sendiri. Orang dipaksa lahir, dan ibunya dipaksa melahirkan.
Demikian. Terima kasih.



